Untuk kesekian kalinya Andre
membuat ibunya menangis tersedak
olehnya perbuatannya. Begitu lirih terdengar tangisan sang ibu. Kata-kata
pedihnya membuat ibunya tak dapat menahan butiran air mata yang kini membanjiri
pipinya.
“Ibu urus saja urusan ibu
sendiri, tidak usah mencampuri urusanku, aku sudah bukan anak kecil lagi yang
harus diatur-atur” kata Andre kepada ibunya dengan nada tinggi.
“Walaupun kamu bilang kamu sudah
bukan anak kecil lagi, tapi ibu ini ibumu nak, kamu masih merupakan tanggung
jawab ibu” sambil menahan air matanya.
“Aahh..terserah ibu saja mau
bilang apa, aku mau keluar” sambil bergegas pergi.
“mau kemana nak?”
Andre tetap berjalan tanpa
menghiraukan ucapan ibunya, dengan menggunakan motor besarnya yang berwarna
biru terlihat begitu elegan dengan bentuknya yang sporty dan spionnya yang
klasik membuat motor itu sangat gagah dan terkesan mewah.
Andre adalah anak tunggal dan
sejak kecil Andre sudah dimanjakan oleh kemewahan yang dimiliki oleh kedua
orang tuanya. Ayahnya adalah seorang pengusaha sukses yang memiliki ratusan
perumahan di lima proyek dan beliau juga seorang direktur perusahaan besar.
Andre tidak pernah memikirkan
perasaan ibunya. Ia tidak memikirkan ibunya yang kini sedang menangis diruang
santai keluarga, duduk disebuah sofa kecil dengan ditemani cahaya lampu yang
remang-remang disebelah kirinya dan beberapa lilin yang berada tepat pada
pandangan lurus sang ibu ikut menghiasi ruangan tersebut. Ruangan itu seperti
menggambarkan perasaan sang ibu yang sedang redup, tak tahu harus berbuat apa
lagi untuk mendidik anaknya itu, sementara sang ayah sedang sibuk bekerja.
Diluar sana Andre menemui
teman-temannya. Ia berfoya-foya dengan uang hasil keringat Ayahnya. Tanpa tau
betapa susahnya mencari uang, Andre menggunakan uang tersebut untuk berjudi dan
sering sekali pergi kediskotik.
Ayahnya tak pernah tau apa saja
yang dilakukan Andre diluar sana. Kini Andre adalah mahasiswa semester 1 di
perguruan tinggi swasta yang bagus. Banyak sekali biaya yang dikeluarkan agar
Andre mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya. Namun kenyataannya tak sesuai
yang diharapkan. Andre malah menyia-nyiakan kesempatan itu. Perkuliahan hanya
ia anggap sebagai permainan yang akan segera berakhir. Padahal pada
kenyataannya perjalanan ia masih panjang.
Sudah waktunya untuk makan malam,
sang ayah yang pulang dan lelah mendapatkan sambutan hangat dari istrinya. Dan
bergegas menuju ke meja makan yang sudah tersedia ayam bakar dan ikan gurame
bakar lengkap dengan lalapan, sambal dan buah-buahan. Sendok, garpu dan piring
tertata rapih di meja makan layaknya kualitas hotel bintang lima. Dengan nasi
yang diletakkan di tengah meja dengan tatanan yang indah.
“Mah mana Andre?” Tanya sang
ayah.
“Dia sedang tidur dikamarnya pah”
tuturnya.
“Kenapa tidak dipanggilkan untuk
makan malam bersama? Papah mau memanggilnya kekamar untuk makan bersama”.
“Tidak usah pah, biarkan Andre
istirahat kasihan dia baru pulang”.
“Abis darimana dia?”
“Tadi dia mengerjakan tugas
dirumah temannya”.
“Oh..yasudah”
Sang ibu terpaksa berbohong,
karena ia tau betul sifat suaminya. Suaminya memiliki sifat yang keras, walau
ia sering tersakiti oleh kata-kata anaknya namun naluri seorang ibu tidak
pernah hilang, ia tetap melindungi dan menyayangi Andre.
Andre merasa dirinya adalah joki
terhebat. Ia selalu menantang para pembalap yang ada.
“Woy..disini mana joki terhebat
dari loe loe pada?” tantang Andre dengan percaya diri.
“Nama gue Aldi gue joki terhebat
disini, kenapa?” seolah menantang balik si Andre.
“haha..kalo loe ngaku joki
terhebat disini, ayo kita balapan, kita tunjukin siapa diantara kita yang
paling hebat”
“hah..siapa takut?kita buktiin
sekarang, kalo loe kalah, motor loe jadi taruhannya”.
“Oke, tapi sebaliknya, kalo loe
yang kalah, motor loe buat gue dan loe harus berhenti jadi joki!! setuju?”.
“Setuju!!” sambil berjabat
tangan.
Kemudian merekapun balapan dengan
3 kali putaran. Tikungan demi tikungan ditaklukan. Dinginnya udara malam tak
mampu menembus jaketnya yang tebal. Dan sampailah pada putaran final. Andre
masih memimpin didepan. Pertarungan mereka sangat sengit. Akhirnya Andre yang
memenangkan pertandingan balap motor ini. Dengan sangat terpaksa Aldi harus
menyerahkan motornya dan berhenti menjadi joki, seperti perjanjian yang telah
disepakati.
Kemudian Andre pulang kerumah,
Ibunya yang sudah mengetahui kebiasaannya menunggu ia pulang. Lalu terdengar
suara motornya memasuki gerbang. Dengan suara bisingnya yang dapat mengganggu
peristirahatan makhluk lainnya. Setelah ia masuk kedalam rumah. Didepannya sudah
ada ibunya yang menunggu kepulangan Andre.
“Darimana saja kamu Andre?kenapa
baru pulang?” Tanya ibunya karena khawatir.
“Terserah aku mau darimana aja,
aku cape mau tidur”. Jawabnya dengan nada yang cuek.
Ibunya hanya bisa sabar
menghadapi kelakuan Andre yang semakin menjadi. Lalu belian menarik nafas
dalam-dalam dan kembali tidur. Ia selalu bedoa kepada sang pencipta agar
anaknya dibukakan pintu hatinya.
SEMINGGU KEMUDIAN.
Andre pulang
dari diskotik jam 10 malam. Ia keluar dengan keadaan mabuk. Saat menuju
keparkiran Andre terjatuh. Acha yang kebetulan lewat lalu menolong Andre.
“Ngapain loe disini?” Tanya Andre
yang sedang mabuk dan tercium bau alkohol yang sangat menyengat.
Acha hanya tersenyum, karena
Andre sedang mabuk berat. Kemudian ia menopang badan Andre, mereka berjalan
kesebuah toko dengan sempoyongan. Lalu mereka duduk didepan sebuah toko.
Acha adalah seorang gadis yang
selama ini menyukai Andre. Acha berasal dari keluarga yang sederhana. Jauh
berbeda dari kehidupan Andre. Ia menggunakan jelana jeans yang ngetat, kaos,
jaket dan sepatu cats. Berbeda 180o dengan semua cewek yang pernah
dekat dengan Andre. Mereka semua adalah orang kaya, yang menggunakan mini
dress, highheels atau wedges, dan menggunakan gelang, anting dan make up. Walau
sering ia merasa minder, tetapi ia tak pernah putus asa. Siapa yang tau tipe
cewek idaman Andre? Yang kita pikir tak mungkinn bisa saja menjadi mungkin.
Walau Andre tak pernah menganggap ia ada, namun ia selalu berusaha. Ia bertekat
untuk merubah sifat Andre yang tidak pernah bisa menghargai orang lain.
“Andre..kenapa kamu mabuk? Kamu
masih belum bisa menghargai orang lain. Hidupmu itu sangat beruntung. Kamu
memiliki berbagai fasilitas dari orangtuamu. Tapi kamu menyia-nyiakan kerja
keras mereka. Banyak diluar sana yang tidak seberuntung kamu. Andai aku bisa
menjadi teman dekatmu. Aku ingin mengenalmu lebih jauh. Aku ingin merubah
hidupmu agar lebih berarti. Tapi aku rasa tak mungkin.” Acha mengungkapkan isi
hatinya dengan nada yang pelan.
Andre yang masih mabuk tidak
menghiraukan yang Acha ucapkan. Entah apa yang sedang ia pikirkan. Tidak ada
yang tau. Mungkin kini ia sedang berkhayal menjadi seorang pangeran. Atau
menjadi presiden Amerika. Atau ketempat yang tak ada seorangpun yang tahu.
Dimana itu?haha..kan tidak ada seorangpun yang tau, jadi yaa I don’t know.
“Sepertinya aku harus segera
mengantarmu pulang.” Sambil tersenyum cemas.
Kebetulan rumah Andre tidak
begitu jauh dari tempat diskotik tersebut.
Sesampainya dirumah Andre
“Ya Tuhan, Andre.” Ibunya panik
dan langsung membantu Acha menopang Andre. Andre diletakkan disofa ruang tamu.
Ayahnya Andre kemudian datang.
“Andre kenapa mah?”
“Andre sedang mabuk berat pah.”
sahut ibu.
“Keterlaluan anak ini, untuk apa
dia mabuk-mabukan seperti ini? Dasar anak tidak berguna.” Sambil bersiap untuk
menampar Andre yang masih mabuk.
“Jangan pah!! Percuma saja kau
memukul Andre. Dia tak akan merasakan pukulanmu dan dia tak akan mendengarkan
apa yang kamu katakana. Lebih baik kita bicarakan besok dengan Andre.” Kata ibu
yang mencoba menghentikan tindakan ayah.
Lalu sang ayah duduk disofa
sebelah ibu.
“Terima kasih sudah mengantar
Andre pulang.” Ia berbicara dengan nada yang lembut.
“Sama-sama bu, saya senang bisa
membantu.” Jawab Acha.
“Kalau boleh tau namamu siapa?
Apa kamu mengenal Andre?” Tanyanya.
“Dulu saya teman sekelasnya Andre
di SMA bu”
“Tapi kenapa penampilanmu berbeda
dari teman-temwn cewek Andre yang ibu tau?”
“Saya bukan orang kaya seperti
yang lain bu, saya bisa bersekolah disana karena saya mendapatkan beasiswa.
Jadi saya tidak terlalu memikirkan penampilan saya, yang penting tetap sopan
kepada yang lebih tua.” Tegas Acha dengan nada yang merendah.
“Kamu kuliah?” Tanya ayah yang
tiba-tiba mencela pembicaraan.
“Tidak pak, saya bekerja disebuah
distro. Saya tidak memiliki biaya untuk kuliah. Jadi saya bekerja untuk
menafkahi ibu dan adik-adik saya. Oh iya..maaf mencela bu, pak, saya ingin
pamit pulang. Adik dan ibu saya sudah menunggu saya dirumah”
“Iya silahkan. Sekali lagi
terimakasih ya cha. Hati-hati dijalan” ibu mengizinkan Acha untuk pulang.
“Sama-sama bu. Saya pamit dulu.”
Sambil mencium tangan kedua orangtua Andre.
Keesokan harinya. Ketika
burung-burung bernyanyi menyambut indahnya pagi. Didalam kediamannya Andre.
“Darimana saja kamu semalam?”
Bentak Ayah.
“Tidak tau.” Jawab Andre.
“Dasar anak tidak tau
diuntung!!Untuk apa kamu mabuk-mabukan?” Tanya Ayah dengan emosi.
“Namanya anak muda pah. Sudah
biasa kalau hanya mabuk mah. Aku mau kekampus dulu.” Sambil berjalan menuruni
anak tangga satu persatu.
“Anak itu..” Ayahnya semakin
emosi.
“Sudah pah. Sabar, labih baik
kita sarapan dulu.” Ibu berusaha meredam emosi sang ayah yang sedang meluap.
Dalam perjalanan kekampus. Andre
dijegat oleh sekumpulan anak geng motor.
“Turun loe.” Kata salah seorang
dari anggota geng tersebut.
“Apa-apaan ini? Loe semua mau apa
dari gue?” Tanya Andre.
Dan tanpa banyak bicara.
Sekelompok geng motor itu langsung memukuli Andre. Banyak geng-geng motor yang
tidak suka terhadap Andre karena kesombongannya. Pada saat itu keadaan masih
sepi. Sehingga tidak ada yang menolong Andre. Andrepun babak belur karena
dikeroyok. Beberapa saat kemudian, ia bangun, lalu menggunakan helm dan naik
kemotornya.
Dalam perjalanan ia mengendarai
motor dengan kecepatan 70km/jam. Ketika tikungan ia tidak melihat ada mobil
yang sedang melaju kencang. Bbbrrraaakkk..terjadilah kecelakaan yang hebat.
Andre langsung tak sadarkan diri. Kepalanya terbentur trotoar dan darahnya
terus mengalir deras dari kepalanya.
Orang-orang yang melihat kejadian
itu langsung melarikan Andre kerumah sakit. Pada saat kejadian itu. Acha tak
sengaja lewat dan ia langsung mengambil cuti dan ikut mengantar Andre kerumah
sakit. Ia langsung menelepon orangtua Andre dan mengabarkan berita pahit ini.
DIRUMAH SAKIT
“Acha, bagaimana keadaan Andre?’ Tanya
sang ibu dengan nafas yang tersengal-sengal.
“Andre mengalami pendarahan
diotak bu. Saat ini ia sedang dioperasi dalam keadaan koma. Maaf jika saya
lancing mengambil keputusan. Tapi jika tidak segera mengambil keputusan.
Andre…” Acha tidak melanjutkan ucapannya.
Acha dan ibunya andre menunggu
diruang tunggu. Tak kuat menahan air matanya. Melihat anaknya kini sedang
berjuang sendirian melawan maut.
“Mah, bagaimana keadaan Andre?”
Tanya ayah yang tiba-tiba datang.
Kemudian.
“Maaf, apa ibu adan bapak adalah
orangtua andre?” Tanya seorang dokter yang keluar dari ruang operasi.
“Ia dok, saya ibunya. Bagaimana
keadaan anak saya?”
“Operasinya berjalan dengan
lancar. Namun, putra ibu masih dalam keadaan koma. Kita hanya bisa menunggu
kemajuan dari putra ibu. Kemunkanan ia untuk bertahan sangat kecil.” Kata
dokter itu.
Tak kuat mendengar berita itu,
sang ibu langsung pingsan.
Sudah 3 bulan lebih Andre koma
dirumah sakit. Ibunya sangat setia menunggu anaknya sadar. Tiap hari beliau
selalu berdoa agar anaknya diberi kekuatan. Terkadang beliau menangis melihat
anaknya hanya bisa berbaring ditempat tidur. Untuk bernafas dan makanpun harus
menggunakan bantuan selang.
Achapun selalu menemani beliau
dirumah sakit. Ia prihatin terhadap keadaan beliau. Disaat sang ayah masih
sibuk bekerja untuk membiayai biaya rumah sakit. Selain ingin melihat
perkembangan Andre. Acha selalu datang untuk menemani dan memperhatikan
kesehatan beliau. Andre sudah menunjukan kekuatannya. Ia mampu melawan masa
kritisnya sampai 3 bulan.
Ini adalah hari ke 99. Dihari ini
mukjizat datang. Untuk pertama kalinya Andre membuka matanya. Dan saat ia
membuka mata yang pertama kali ia lihat adalah ibunya yang sedang tidur
disampinya sambil memegang tangannya. Betapa mulianya hati seorang ibu. Lalu
Acha datang mambawa buah-buahan dan betapa terkejutnya ia melihat Andre sudah
sadarkan diri.
“Andre..” sambil menaruh
keranjang yang berisi buah-buahan diatas meja.
“Bu, bangun. Andre sudah sadar”
bisiknya.
Kemudian ibunya bangun. Betapa senangnya
ia melihat Andre sudah sadar.
“Andre..syukurlah nak, kamu sudah
sadar.” Sambil meneteskan air mata. Lalu beliau memanggil suster untuk melihat
keadaannya.
Dua bualn kemudian Andre sudah
kembali seperti semula. Ia sudah bisa berbicara, makan, dan berjalan. Kini
Andre sudah mulai berubah. Saat pertama kalinya ia bisa berbicara, kalimat
pertama yang ia ucapkan adalah “Ibu, Ayah, maafkan aku. Selama ini aku sudah
membuat kalian susah. Aku sering menyakaiti hati ibu. Aku tidak pernah
menghargai kerja keras ayah. Mulai saat ini aku ingin berubah. Apakah kalian
masih memberikanku kesempatan?”
“Tentu saja kami memaafkanmu dan
masih memberimu kesempatan.” Orangtuanya sambil tersenyum.
Terima kasih bu, terima kasih
yah.” Sambil memeluk ibu dan ayahnya.
“Dan untuk Acha.” Acha kaget
mendengar Andre menyebut namanya.
“Ya” jawabnya.
“Kemarilah.” Lalu Achapun
mendekat.
“Terima kasih kau telah menjaga
ibuku. Selama ini kamu satu-satunya wanita yang selalu disampingku disaat aku
susah. Kamu selalu membantuku. Walaupun..” Andre menghela nafas.
“Walaupun apa?” Lanjut Acha.
“Walaupun aku sering kasar
kepadamu dan tidak pernah mengharapkan bantuanmu. Tapi kamu selalu ada untukku.
Maukah kamu menjadi pendamping hidupku nanti. Aku akan bekerja keras agar bisa
sukses seperti ayahku demi kamu”
Acha terkejut mendengar ucapan
Andre.
“Tapi aku bukan orang kaya
sepertimu. Aku hanya wanita biasa yang tidak memiliki kelebihan apapun, dan
jauh dibawah kamu.” Jelasnya.
“Aku juga bukan orang kaya.
Kekayaan ini adalah milik orangtuaku. Aku belim memiliki apa-apa.”
“Tapi..orangtuamu?” Sambil
menatap kedua orangtua Andre.
“Ibu, Ayah. Bolehkah aku..?”
“Tentu saja.” Ayahnya memotong
pembicaraan Andre. Dan ibunya hanya tersenyum.
Achapun tersipu malu. Lalu Andre
berkata.
“Kamu tidak punya alasan lagi
untuk menolakku. Orangtuaku sudah mengizinkan. Kamu mau kan menungguku sampai
aku sukses nanti?”
“Iya..aku akan menunggumu” Jawab Acha dengan senyuman manis.